Penghujung

18 tahun aku hidup. 18 tahun aku bertemu banyak orang. Come and go

Pernah di suatu ketika, aku merasa menjadi orang ter-beruntung. Why? Itu karena keluargaku masih utuh, lengkap. Karena waktu itu juga aku belum pernah merasakan ditinggalkan untuk waktu yang bernama selamanya. 

Sampai di mana, akhirnya aku merasakan. Sebuah firasat yang sangat menyebalkan. Yang di mana firasat tersebut berbuah kenyataan. Mungkin bisa dikatakan tanda-tanda. Seolah roda benar-benar berputar. Aku tau, cepat atau lambat aku akan dihadapkan dengan ini. Kehilangan seseorang untuk selamanya. 

Ya, semua terjadi begitu cepat. Di tahun 2020 ini, aku ditampar oleh semesta. Waktu utuhku telah habis. Aku benar-benar tercengang, jadi begini rasanya menghadapi sebuah rindu yang nantinya tidak akan pernah lagi berujung temu.

Kematian bundaku--kakak dari ayahku--yang pertama. Yang berhasil membuat aku berpikir, 'siapa lagi setelah ini?'

Dan dalam kurun waktu yang sangat-sangat dekat, aku juga kehilangan masing-masing sayap dari kedua orang tuaku. Ya, yangtiku--ibu dari ayahku--dan juga yangkungku--ayah dari ibuku--. Semesta sedang tidak main-main dalam mengajarkanku arti datang dan pergi. 

Banyak wishlist dan juga planning yang sudah tersusun dengan rapi hanya tinggal menunggu eksekusinya saja. Namun, harus terporak-porandakan karena pemerannya harus meninggalkan tempat dan tidak kembali. 

Jadi, seperti ini rasanya.

Tangis yang tak hentinya terdengar setiap malam Jumat yang diikuti dengan alunan Surah Yasin masih sering memilukan hati. Semuanya rindu. Semuanya ingin suasana kembali seperti dulu. Namun, semuanya mengerti, tidak ada jalan lain selain berkirim doa untuk melampiaskan rindu yang kerap kali membuncah.

Hari-hari besar seperti hari raya yang biasanya berpergian bersama dan bertemu keluarga besar, sekarang harus tergantikan dengan berkunjung ke makam. Benar-benar rumpang setelah ditinggalkan. 

Akan tetapi, hidup teteaplah hidup. Terus berjalan. Aku tau semua merasakan sepi, merasakan kosong. Namun, perlahan, satu per satu bangkit. Mencoba beradaptasi dengan keadaan. Mencoba menutupi segala hal yang perlu ditutupi.

Setelah merasakan tamparan itu, setelah mencoba untuk berdamai dengan keadaan. Ternyata memang benar, manusia itu datang dengan sendirinya. Tidak tergantikan, hanya dibuka-kan saja, bahwa ini loh kamu bertemu orang baru lagi untuk melanjutkan ceritamu.

Waktu memang terus berjalan, terus memberikan pelajaran di setiap halamannya. Aku lebih mensyukuri keberadaan seseorang. Lebih mengasihi dan memperdulikan keberadaan seseorang. Hingga aku kembali dihadapkan dengan apa yang aku genggam tidak akan selamanya aku genggam. Tidak, tidak, bukan lagi kematian. Namun, ditinggalkan.

Nyatanya, diri ini masih belum bisa menerima kepergian. Diri ini masih payah dalam merayakan perpisahan. Masih terasa menyakitkan karena terlalu menggenggam itu tadi. 

Aku benci ditinggalkan. Aku benci kehilangan.

Berupaya sebagaimanapun untuk mempertahankan seseorang disisiku. Itu menjadi mimpi buruk setiap tidur malamku. Aku harus merasa ketakutan setiap kali membuka mata. Dan aku menjadi orang yang sangat menyebalkan. Benar bukan?

Lagi lagi, aku ditampar oleh semesta. Kehilanganku bukanlah campur tangan keadaan. Melainkan karena diriku sendiri. Yang terlalu dihantui oleh rasa takut akan sepi dan sendiri. Menyesal? Ya, tentu saja. 

Lalu, apalagi setelah itu semua terjadi? Ditelan paksa pil pahit itu. Keadaan menginginkan aku belajar, menginginkan aku untuk lebih ikhlas dan bersabar. Ingin mengembalikan aku kepada aku yang lalu, yang di mana bisa menerima kenyataan yang tidak sesuai dengan ekpetasi.

2020 ini, banyak bertemu orang, banyak belajar dari orang. Kehilangan, rasa nyaman, lelah, tawa, kebersamaan, semua bercampur menjadi satu melahirkan hikmah-hikmah yang siap untuk dipetik. 

Terimakasih orang-orang baik. Terimakasih telah bersedia memberikan segelumit coretan dalam alur ceritaku. Tidak banyak harapan untuk tahun berikutnya, hanya meminta bahu untuk lebih dikuatkan, raga untuk lebih dikuatkan, serta hati untuk lebih disabarkan. Dengan apa yang terjadi di tahun ini, bisa dijadikan modal untuk survive di tahun berikutnya. 

Semoga aku, kalian, dan semua orang lebih banyak bersyukur, sabar, dan ikhlas atas apa yang nantinya terjadi. 


xixi
-savira

Comments

Post a Comment