Udah Jaga Lisan Belum?
"Semua yang keluar dari mulut kamu, entah janji atau hanya perkataan biasa, itu semua punya pertanggungjawaban sekecil apapun"
Itu salah satu dari sekian prinsip yang aku pegang.
Kenapa tiba-tiba ngomongin ini? Yak, aku mau bahas sedikit mengenai sebuah "perkataan" atau "omongan" yang keluar dari mulut.
Aku banyak bertemu orang, banyak ngobrol dengan orang, banyak mendengar cerita orang, jadi banyak juga mendengar omongan yang keluar dari mulut orang. Nggak luput juga dengan omongan yang kadang ngga ngotak.
"Ngga ngotak gimana sih, Sav?" Ngga ngotak dalam artian asal nyeletuk aja tanpa dipikiran akibat apa yang bakal terjadi. Sebelum bahas lebih lanjut, aku tekankan disini buat skip kata 'baperan' okay? Karena di sini aku mempermasalahin sebuah pertanggungjawaban, jadi bisa dong aku minta tolong untuk tidak berlindung dibalik kata baperan.
Oke, lanjut.
Menurut aku, dalam berbagai konteks pembicaraan, menjaga lisan agar nggak gampang terpeleset itu perlu banget. Terlepas kita dengan lawan bicara kita itu sedekat apa, menurutku itu perlu banget buat jaga lisan kita.
Begini, kita emang nggak bisa buat ngontrol perkataan orang lain. Tapi, kita itu bisa mulai dari diri kita dulu buat ngontrol lisan kita. Kenapa sih harus ngejaga lisan? Kalian pasti sering denger orang gembor-gemborin buat jaga perasaan orang lain. Itu adalah hal sepele, tapi sering dilupain dengan berlindung dibalik kalimat, 'Ah baperan lu'.
Guys, please, itu alasan kenapa aku minta tolong buat nge-skip kata dan kalimat itu. Kita itu nggak pernah tau kapan lidah kita bisa nyakitin orang lain lewat perkataan yang meluncur dari mulut kita. Terkadang menurut kita, kalimat yang keluar dari mulut udah kita filter gitu, tapi masih aja terkadang juga bikin orang lain sakit hati.
Yang udah nyoba nge-filter aja masih bisa bikin sakit hati, gimana yang nggak difilter?
Kalian boleh ngeluarin keterampilan bicara kalian, kalian boleh jadi orang yang nggak takut buat bicara atau istilahnya blak-blakan, itu bagus. Dengan ketentuan, yang kalian keluarin dari mulut kalian itu minimal nggak bikin orang lain sakit hati.
Paham, semisal kita nggak bisa ngontrol perasaan orang. Jadi, kenapa enggak gitu buat mulai dari diri sendiri untuk lebih menjaga lisan? Nggak susah, dicoba pelan-pelan.
Kembali ke salah satu dari sekian prinsipku di atas tadi. Apa yang kita ucapkan, sekecil apapun, se-tidak-serius apapun, tetap memiliki pertanggungjawaban. Dan aku sendiri adalah tipe orang yang nggak suka dengan orang yang nggak bisa dipegang omongannya dalam artian tidak bisa mempertanggungjawabkan apa yang udah diucap. Dikarenakan aku adalah orang dengan tipe seperti itu, maka dari itu aku mencoba untuk memfilter apa yang keluar dari mulutku.
Iya, nggak semua orang seperti aku, tapi kenapa tidak untuk berbagi kebaikan? Coba deh, kalian di posisi orang yang mendengar suatu kalimat yang menyakitkan, nggak suka kan? Nah, dari situ tuh sebenernya bisa dipetik beberapa hal. Salah satunya, dengan tidak menaruh dendam, maksudnya dengan tidak menjadi orang yang seperti itu. Karena menurutku, apapun itu berasal dari diri sendiri. Pernah denger pepatah yang bilang, 'Apa yang kamu tanam,itu yang akan kamu tuai'? Itu berlaku di berbagai aspek kehidupan.
Maka dari itu, semua kembali ke diri masing-masing.
Baik sebagai pembicara maupun pendengar.
Gini, coba renungin di tengah waktu ketika kalian udah berbicara dengan seseorang. Ketika kalian menjadi seorang pembicaranya, coba tanya ke diri kalian, "Apa tadi omonganku nggak nyakitin dia ya? Raut wajahnya tadi begini, ke depannya harus lebih begini". Nah, dengan begitu kalian nggak perlu buat takut berbicara, hanya lebih berhati-hati aja.
Pun juga kalian sebagai pendengar ketika lawan bicara kalian dengan tidak sengaja melontarkan kalimat yang menggores sedikit hati kalian. Coba bicara sama diri sendiri, "Oh oke, mungkin menurut dia bener, tapi akunya aja yang nggak bisa nerima omongan dia." Jadi, nggak perlu sampai berantem atau nggak mau bicara sama orang itu lagi, begitu.
Kan jadi agak enak gitu dengan nggak berlindung dibalik kalimat dan kata "baperan", ya kan?
Ada salah satu prinsipku lagi yang mungkin bisa kalian terapin juga di kehidupan kalian. Bahwa setiap tindakan yang kita lakukan, setiap kata yang kita keluarkan, dan setiap keputusan yang kita ambil, semua itu ada positif dan negatifnya. Dan kita nggak bisa ngontrol orang buat stay positive ke kita. Jadi, kenapa enggak buat melakukan hal baik, meskipun apa yang menurut kita baik, belum tentu baik juga menurut orang lain.
Yang baik aja belum tentu baik menurut orang lain, gimana yang nggak baik?
So guys, menjadi baik atau jahat sebenarnya bukan pilihan. Tapi jadi baik itu adalah keharusan. Api nggak akan padam dengan api. Jangan jadi jahat hanya karena kita merasa tersakiti. Dan benar sekali aku bukan fans dari joker dengan quote 'orang jahat lahir dari orang baik yang tersakiti'. Kita bisa tetap jadi baik meskipun dijahatin oleh orang lain. Bener ngga sih? Wkwkwk.
Oke oke, ini tu cuma pemikiranku aja, kalaupun ngga cocok di kalian, it's okay. Kita sama-sama punya hak untuk bebas berpikir kan? Xixi.
Semoga bermanfaat!
Salam hangat,
-savira
Comments
Post a Comment